Minggu, 03 Oktober 2010

Kajian Pengguna Lidah Buaya

Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman asli Afrika terutama Mediterania. Lidah buaya sering dijuluki dengan “The Miracle Plant”. Tanaman tersebut dapat tumbuh di daerah panas maupun dingin, dataran tinggi maupun rendah. Daya adaptasinya yang tinggi dan kegunaan tanaman ini menyebabkan banyak orang membawanya ke seluruh pelosok dunia termasuk Indonesia.
Lidah buaya sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika telah digunakan sejak lama. Pada zaman raja Mesir, Cleopatra, lidah buaya telah digunakan sebagai pembasuh kulit yang sangat mujarab sehingga dijadikan bahan baku kosmetik yang penting. Dioscerder dari Yunani mencatat bahwa sejak tahun 200 M lidah buaya sudah dijadikan obat. Pada tahun 1750 sM lidah buaya telah digunakan di Timur Tengah. Sebagai contoh, dalam tahun 550 sM The Egyptian book of Remedies mendiskusikan variasi tanaman lidah buaya sebagai bahan baku obat-obatan dan kosmetik untuk memperbaiki kulit.
Keistimewaan lidah buaya ini terletak pada gel-nya yang dapat membuat kulit tidak cepat kering dan selalu kelihatan lembab. Kandungan senyawa kimia pelepah lidah buaya lebih dari 200 jenis. Bagian terbesar kandungan gel lidah buaya adalah air (98,5%), karbohidrat (0,3%), asam amino, lipid, sterol, tanin, dan beberapa enzim.
Sementara itu, Bee Pollen yang dihasilkan oleh lebah madu, memiliki kandungan protein yang tinggi serta mengandung vitamin A, B, C, D dan E sehingga dapat berfungsi untuk membantu regenerasi dan memberikan nutrisi pada kulit (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2003)
Saat ini, sabun tidak hanya digunakan sebagai pembersih tapi juga telah digunakan untuk kecantikan, diantaranya untuk menjaga kelembaban, dan kehalusan kulit. Sabun opaque adalah sabun berbentuk batang yang secara fisik terlihat tidak transparan. Panambahan gel lidah buaya dan bee pollen dalam pembuatan produk sabun opaque dapat memberi nilai tambah pada produk sabun serta menambah nilai jual dan manfaat dari tanaman lidah buaya dan bee pollen
PEMBAHASAN
Karakteristik sabun opaque yang dihasilkan disesuaikan menurut spesifikasi mutu yang terdapat dalam SNI 06-3532-1994. karakteristik sabun opaque ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dengan parameter kadar air, jumlah asam lemak, fraksi tak tersabunkan, bagian tak larut dalam alkohol, alkali bebas, pH stabilitas emulsi, dan stabilitas busa.
Kadar Air
Kadar air menunjukkan banyaknya kandungan air yang terdapat dalam suatu bahan. Menurut SNI (1994), kadar air dalam sabun maksimum sebesar 15%. Faktor konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen berpengaruh nyata terhadap kadar air sabun opaque. Hal ini disebabkan adanya kandungan air yang sangat tinggi di dalam gel lidah buaya, sehingga semakin tinggi penambahan konsentrasi gel lidah buaya maka semakin besar pula kadar air yang terdapat pada sabun opaque yang dihasilkan.
Jumlah Asam Lemak
Jumlah asam lemak pada sabun menunjukkan total jumlah asam lemak yang tersabunkan dan asam lemak bebas yang terkandung pada sabun. Menurut SNI (1994), jumlah asam lemak minimal sebesar 70%. Dalam suatu formulasi, asam lemak berperan sebagai pengatur konsistensi. Konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen tidak berpengaruh pada jumlah asam lemak yang telah tersabunkan. Asam lemak diperoleh secara alami melalui hidrolisis trigliserida (William dan Schmitt,2002). Ditambahkan pula oleh Spitz (1996), bahwa asam lemak memiliki kemampuan terbatas untuk larut dalam air. Hal ini akan membuat sabun menjadi lebih tahan lama pada kondisi setelah digunakan.
Kadar Fraksi Tak Tersabunkan
Menurut SNI (1994), fraksi tak tersabunkan menunjukkkan bagian komponen di dalam sabun yang tak tersabunkan karena tidak bereaksi atau tidak berikatan dengan senyawa alkali (natrium) pada proses pembuatan sabun. Faktor konsentrasi bee pollen berpengaruh terhadap kadar fraksi tak tersabunkan karena adanya kandungan sterol dan pigmen yang terdapat dalam bee pollen maka semakin tinggi pula kadar fraksi tak tersabunkan yang terdapat pada sabun opaque yang dihasilkan. Fraksi tak tersabunkan dapat mengurangi kemampuan sabun dalam membersihkan minyak atau kotoran lainnnya (Splitz, 1996). fraksi tak tersabunkan merupakan komponen yang dapat menghambat proses pembersihan atau daya deterjensi.
Bagian Tak Larut Dalam Alkohol
Analisis bagian yang tak larut dalam alkohol dilakukan untuk mengetahui banyaknya komponen yang tak larut dalam alkohol yang terdapat pada sabun opaque. Menurut SNI (1994), bagian tak larut dalam alkohol yang terdapat dalam sabun maksimum sebesar 2,5%. Faktor konsentrasi bee pollen berpengaruh terhadap bagian tak larut dalam alkohol. Semakin tinggi konsentrasi bee pollen yang digunakan maka semakin tinggi pula bagian tak larut dalam alkohol pada sabun opaque yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan pati dan protein yang terdapat pada pollen. Menurut ASTM (2001), bagian tak larut dalam alkohol meliputi garam alkali, seperti karbonat, silikat, fosfat, dan sulfat, serta pati dan apabila protein ditambahkan alkohol maka protein akan menggumpal.
Kadar Alkali Bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH
Kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih pada proses pembuatan sabun. Alkali bebas yang melebihi standar dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Menurut SNI (1994), kadar alkali bebas pada sabun maksimum sebesar 0,1%. Factor konsentrasi bee pollen dan lidah buaya tidak berpengaruh terhadap kadar alkali bebas yang dihitung sebesar kadar NaOH dari sabun opaque yang dihasilkan.
Derajat Keasaman (pH)
Menurut Wasitaatmaja (1997), pH yang sangat tinggi atau rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit menjadi iritasi. Faktor konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen berpengaruh nyata terhadap derajat keasaman dari sabun opaque yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi pada gel lidah buaya dan bee pollen maka semakin rendah pH sabun opaque yang dihasilkan.
Stabilitas emulsi
Menurut Suryani (2002), sabun padat termasuk dalam emulsi tipe w/o. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan memiliki konsentrasi tetap. Kestabilan emulsi sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti ukuran partikel dan distribusi, jenis emulsifier yang digunakan, rasio perbedaan tegangan anatar dua fase. Semakin tinggi penambahan konsentrsai gel lidah buaya dan bee pollen maka stabilitas emulsinya akan semamin rendah.
Stabilitas Busa
Faktor konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen berpengaruh terhadap stabilitas busa. Hal ini disebabakan adanya kandungan saponin yang terdapat dalam gel lidah buaya. Saponin selain dapat membersihkan juga dapat meningkatkan jumlah busa, tetapi busa yang dihasilkan tidak stabil sehingga semakin tinggi gel lidah buaya yanh ditambahkan maka stabilitas busanya semakin menurun. Demikian juga pada bee pollen, semakin tinggi penambahan konsentrasi bee pollen maka stabilitas busa akan semakin rendah.
PENUTUP
Dari pembahasan di depan, dapat di ambil kesimpulan bahwa komponen yang terdapat pada pembuatan sabun opaque menggunakan lidah buaya dan bee pollen, yang berhubungan dengan kimia fisik antara lain ; kadar air, jumlah asam lemak, fraksi tak tersabunkan, bagian tak larut dalam alkohol, alkali bebas, pH, stabilitas emulsi dan stabilitas busa.

1 komentar:

  1. mampir berkunjung ... main donk ke gubuk gue http://www.duitkaget.tk

    BalasHapus